Mengaku bertoleransi dalam keberagaman, Indonesia? Mengaku berlandaskan Pancasila sebagai ideologi negara, Indonesia? Mengaku beragama (muslim), wahai mayoritas penduduk Indonesia?
Jangan bermimpi!
Disaat umat muslim menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, apakah iya kedai makanan dan tempat hiburan harus ditutup? Mungkin dikiranya semua penduduk di negeri ini beragama Islam, dan tidak ada satu pun warga yang membutuhkan makan kecuali setelah adzan Maghrib. Mungkin dikiranya semua tempat hiburan adalah buruk. Mungkin dikiranya minuman keras dan tempat prostitusi cukup dilarang hanya selama bulan Ramadhan.
Mengaku bertoleransi dan beragama, apa iya?
Sejak kapan Islam mengajarkan untuk menutup kedai makan disaat pagi atau siang hari selama bulan Ramadhan. Mereka saja yang lemah tidak tahan akan godaan dan tidak dapat menghadapi kenyataan ini yang berpikiran dangkal seperti itu. Dan masih berpikir dirinya hebat bisa melarang minuman keras dan tempat prostitusi hanya selama bulan Ramadhan? Hanya selama satu bulan itu saja? Dan bagaimana dengan bulan-bulan lainnya, pernahkah berpikir secara kontinyu, menyeluruh, dan mendasari filosofi mengenai apa yang baik dan yang buruk sehingga menerapkan suatu aturan dan kebijakan sesuai dengan makna sesungguhnya?
Jangan membawa nama suci Islam dan mengatasnamakan umat muslim, wahai mayoritas penduduk Indonesia.
Lihatlah perilaku kalian. Menutup tempat makan, apa hak kalian untuk melakukan ini? Tidakkah otak orang-orang ini berpikir akan toleransi dalam kehidupan? Dan berani mengendalikan diri mereka yang mengaku sedang berpuasa untuk tidak makan selama pagi dan siang hari? Beranikah mereka untuk lebih memilih beribadah dibandingkan ke tempat hiburan yang belum tentu berkonotasi negatif? Hadapilah tantangan-tantangan tersebut, dan bukan semata membabi buta melarang segala macam hal khusus hanya satu bulan saja, selanjutnya dibiarkan kembali hidup dalam keburukan.
Mengaku muslim, namun tidak tercermin dalam perilaku dan pikiran. Apa yang bisa dibanggakan dari hal itu?
Mengadakan pengajian yang katanya pengajian, namun mengganggu kepentingan orang banyak. Membuat kemacetan dimana-mana. Mengambil trotoar untuk berjualan dalam kesempitan. Hanya mencari sensasi dan perhatian semata. Apa itu yang dinamakan mengerti filosofi? Mengerti apa yang dilantunkan dalam ibadahnya saja belum tentu ia paham.
Wahai mayoritas penduduk Indonesia, tidakkah kalian malu dengan sikap dan perilaku orang-orang sana yang tidak memiliki agama yang sama dengan kalian, namun mereka lebih mampu bersikap seperti yang diajarkan oleh agama kalian?
Malu lah. Belajarlah. Dan pahami maknanya.
Jakarta, 29 Juni 2014.